Cerpen
Malang, 26 Agustus 2013
Tiiiiiiiiiiiiiiiiiinnnn..
“Arjosari arjosasi silahkan turun sudah sampai di kota Malang”.
“Arjosari arjosasi silahkan turun sudah sampai di kota Malang”.
Pekikan suara itu akhirnya terdengar juga
setelah perjalanan dua puluh tiga jam lebih aku duduk diatas bangku bis
traivel. “Aaahhh… Alhamdulillah akhirnya sampai juga”.
Aku mulai melangkahkan kaki ku menuju sebuah angkutan umum bertuliskan “AL”. Info ini aku dapatkan dari abangku. Oh iya, namaku Siti Khumaeroh, teman-teman biasa memanggilku Mae atau may atau maya atau apalah itu hehehe…
Aku mulai melangkahkan kaki ku menuju sebuah angkutan umum bertuliskan “AL”. Info ini aku dapatkan dari abangku. Oh iya, namaku Siti Khumaeroh, teman-teman biasa memanggilku Mae atau may atau maya atau apalah itu hehehe…
Aku berasal dari kota Serang Banten, dan
pilihanku jatuh di Universitas Brawijaya karena selain pengen ikut
abangku yang kuliah disini juga karena sudah menjadi cita-citaku dulu buat bisa
belajar Psikologi di Universitas bergengsi ini. Meskipun Psikologi disini masih
ikut di Fakultas FISIP, it’s no problemo J
Mmm.. itu pengenalan dikit ya..
“Kiri pak depan UIN!”. Dengan perasaan
bahagia aku turun dari mobil angkutan umum dan bergegas menuju kontrakan yang
telah dipesan sebelumnya.
Sesampainya disana ternyata akulah penghuni
pertama yang datang pertama di kontrakan tersebut. Aku sedikit sedih karena
kontrakan besar dengan empat lantai yang masih kosong dan baru berpenghuni aku
sendiri. Kondisi tubuhku lemah, malah bisa dikatakan masuk angin karena
aku beberapa kali muntah-muntah selepas perjalanan jauh tadi.
Cerita parno…
Ketika aku merebahkan badanku diatas kasur,
aku merasa jenuh dan mulai mendengarkan murotal dari type radio. Beberapa saat
kemudian, terdengar suara gesekan sapu lidi seperti orang yang sedang menyapu
didepan kamarku. Aku kaget, dan langsung mematikan radio. Radio nya mati tapi
suara itu masih terdengar, dan berhenti seketika. Aku menyalakan radio kembali
dan suara tersebut muncul lagi dan itu terus berulang-ulang. “Aaaaahhh apa ini!
Aku tak berani membuka pintu!” Seru ku dalam hati. Aku merasa tak nyaman dan
akhirnya aku menghubungi rekan ku yang juga sudah berada di Malang. Aku
memanggilnya mba karena rekanku itu sebenarnya maba tahun kemarin yang harus
mengulang tahun ini karena sebelumnya terhenti sakit. Keputusan yang aku ambil,
akhirnya aku tidur semalam di kontrakan rekanku. Aku meminta rekanku
menjemputku.
“Mba aku takut, tadi ada suara gesekan sapu
lidi”. “Oalah may, kamu berani banget disana sendiri, wong aku aja gak berani
disini sendiri apalagi dikontrakan besar itu”. “Yaah aku gak tau mba, ditambah
tadi aku mual banget cape perjalanan jauh”. Keluhku.
Aku tidur di kontrakan rekanku tapi aku
tidak hafal lokasinya, maklum karena aku anak baru disini. Keesokan harinya
rekanku harus pulang ke kampung halamannya karena esoknya ada pemilihan
Gubernur Jawa Timur, terpaksa aku harus pulang lagi ke kontrakan itu.
“Mba emang harus pulang ya?”.”Iya may,
sayang banget kalo gak ngasih suara, maaf ya gak bisa nemenin kamu, semoga
cepet datang ya mba penghuni lama nya, kan barang-barangnya masih ada disana”.
Sambut rekanku. Alhasil aku diantarkan pulang ke kontrakanku itu. Sedihnya,
kaka ku yang juga kuliah disini sedang pergi ke Padang untuk menghadiri suatu
acara, jadi aku sulit meminta tolong. Sebenarnya dikontrakan rekanku ada
seorang mba yang nawarin biar aku tidur disana lagi malem ini, tapi aku malu
karena aku belum kenal akrab dengan mereka, aku malah ambil keputusan untuk
pulang ke kontrakanku saja. Sialnya, ketika sampai dikontrakan masih ada
perasaan parno. Aku jadi menyesal tidak mengikuti tawaran mba tadi, aku gak
hafal jalan kesana! “Disini banyak sekali gang-gang, rt-rt, sampai beda
kelurahan ada di satu tempat, beda banget sama di Serang!” keluh ku lagi.
Singkat cerita, keesokan hari nya akhirnya
mba-mba penghuni lama dan maba-maba yang menyewa kontrakan itu mulai
berdatangan, rasa sepiku kini terobati, yaa..akulah si penghuni pertama
penghuni baru kontrakan itu.
Hari Ospek tiba..
Aku bangun jam 3 pagi, salat malam dan
menunggu waktu subuh. Mataku terperanjat pada sebuah catatan kecil yang aku tulis
dan ku tempel di dinding “Impianmu yang pertama telah terwujud, apa kau tak
mau impian mu selanjutnya terwujud?”
Aku berharap dalam do’aku semoga aku bisa
menjadi mahasiswa yang baik dan lulus dengan predikat dan pengalaman yang baik
pula, amiin.
Jam telah menunjukkan pukul setengah enam,
aku dan teman-temanku bergegas menuju sebuah mobil angkut yang lagi-lagi
bertuliskan “AL”. Sebenarnya jarak kampus dengan kontrakanku sangat dekat, tapi
hari pertama ospek gerbang Fapet yang biasa aku lewati harus ditutup, semua nya
wajib lewat gerbang veteran. Sampai disana, terlihat ribuan mahasiswa berumunan
dan berdiri tegap dilapangan. Upacara pun dimulai. Ada satu hal yang aku
lupakan dalam hal ini, aku lupa membawa sandal jepit! Astaga, aku merasa takut
dalam hati. Akhirnya tibalah setelah upacara, kami disuruh melepas sepatu untuk
menggantinya dengan sandal jepit, aku terpaksa harus menghindar dan menutup
diri, takut dengan kaka panitia.
Setelah ospek universitas selesai,
dilanjutkan dengan ospek fakultas dan jurusan. Selama ospek berlangsung, kami
mahasiswa baru wajib menggunakan jaket selama kuliah. Kewajiban ini kurang kami
senangi, tapi harus bagaimana lagi karena itu sudah syaratnya dan kami lakukan
kewajiban itu meskipun ada diantara kami yang tidak mengikuti perintah. Selama ospek begitu banyak sekali pengalaman yang didapatkan, mulai dari
bentakan, pujian, tugas-tugas, dan lainnya yang akhirnya sangat berkesan dan
menginspirasi.
Di kampus..
Pagi yang cerah, mengiringi langkah ku dengan
memikul sebuah tas ransel mini dan mencari sebuah kelas yang aku dapatkan dari
sebuah informasi, yaah.. akulah mahasiswa baru! Mencari sebuah bangku besi
bertahta meja. Aku terperanga tatkala masih mencari dimana sebenarnya kelas
yang aku dapatkan kini, sedangkan suasana riuh riang nya berbeda seratus
delapan puluh derajat dengan suasana saat dulu aku duduk dibangku SMA. Semua
terlihat sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, yang dihadapannya sebuah
laptop dengan iringan earphone ditelinganya, bahkan tak menghiraukan hiruk pikuk
sekitar, benar-benar berbeda.
Aku masih mencari dimana kelas ku, tak
seperti di SMA ku dulu yang sudah tertata rapih dan teratur nya sebuah kelas, gak
harus repot-repot buat pindah-pindah kelas, jika telah mempunyai kelas itu ya
sudah, bangkunya pun tetap, siapa yang duduk ditempat pertama kali diduduki maka
dialah yang terus menjadi empu bangku itu sampai naik kelas.
Langkah ku terhenti di sebuah gedung
bernama “Gedung Kuliah Bersama”. Ternyata aku punya kelas ditempat ini. Di
kelas ini sangat berbeda dengan gedung Fisip, tidak ada AC dan bangunan nya
masih kuno, maklumlah karena ini tempat bersama dan bukan milik fakultas
manapun. Fisip harus meminjam gedung ini karena gedung B yang masih dalam
proses pembangunan juga karena mahasiswa nya yang banyak.
Perjalanan ku begitu mengesankan, banyak
pengalaman dan suka duka yang aku dapatkan selama menjadi mahasiwa baru, mulai
dari ikut aktif dalam organisasi Eksekutif Mahasiswa, punya teman-teman yang
beda-beda karakter, dosen yang berbeda-beda karakter, sampai ajakan untuk ikut
aliran sana-sini.”Yang ini aku sedikit takut”. Sebenarnya aku telah lama
mengetahui kalau di Universitas itu banyak sekali aliran-aliran, mulai dari
benar sampai sesat sekalipun, dan kini aku mulai merasakan bagaimana berhadapan
dengan orang-orang yang gemar mengincar pengikut barunya. Aku pernah diajak
seorang mba untuk ikut dalam sebuah forum, sebelum aku terima tawaran itu, aku
bertanya dulu kepada mba kerabat dekatku. Alhamdulillah aku bisa berfikir lebih
jauh, tidak terpengaruh dengan hal yang masih mengganjal dan bisa memilih
mana yang terbaik.
Kehidupan mahasiswa berbeda dengan siswa,
sekarang aku tau bagaimana susahnya hidup sendiri tanpa orang tua. Eh untungnya
disini aku ada kaka laki-laki. Ya seorang kaka yang amat perhatian hingga
setiap minggu nya memberiku uang. Meskipun masih kuliah, kaka ku telah memiliki
pekerjaan sebagai Spv. Beastudi. Sekarang beliau semester 9 karena menjadi
anggota DPM UB. Kaka ku yang baik sekali.
Begitulah pengalaman yang aku dapatkan
sampai sekarang ini. Aku tetap menikmati hari-hari ku dengan ceria dan ikhlas
karena aku yakin dibalik usaha itu akan membuah kan hasil dan setiap cobaan
pasti ada hikmahnya. Cita-citaku menjadi seorang Psikolog masih bertahta indah
dibenakku. J
Created By: Siti Khumaeroh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar