Halaman

Sabtu, 07 Desember 2013

Journey Of Life

           Cerpen

 Malang, 26 Agustus 2013

Tiiiiiiiiiiiiiiiiiinnnn..
“Arjosari arjosasi silahkan turun sudah sampai di kota Malang”.
Pekikan suara itu akhirnya terdengar juga setelah perjalanan dua puluh tiga jam lebih aku duduk diatas bangku bis traivel. “Aaahhh… Alhamdulillah akhirnya sampai juga”.
Aku mulai melangkahkan kaki ku menuju sebuah angkutan umum bertuliskan “AL”. Info ini aku dapatkan dari abangku. Oh iya, namaku Siti Khumaeroh, teman-teman biasa memanggilku Mae atau may atau maya atau apalah itu hehehe…
Aku berasal dari kota Serang Banten, dan pilihanku jatuh di Universitas Brawijaya karena selain pengen ikut abangku yang kuliah disini juga karena sudah menjadi cita-citaku dulu buat bisa belajar Psikologi di Universitas bergengsi ini. Meskipun Psikologi disini masih ikut di Fakultas FISIP, it’s no problemo J
Mmm.. itu pengenalan dikit ya..
“Kiri pak depan UIN!”. Dengan perasaan bahagia aku turun dari mobil angkutan umum dan bergegas menuju kontrakan yang telah dipesan sebelumnya.
Sesampainya disana ternyata akulah penghuni pertama yang datang pertama di kontrakan tersebut. Aku sedikit sedih karena kontrakan besar dengan empat lantai yang masih kosong dan baru berpenghuni aku sendiri. Kondisi tubuhku lemah, malah bisa dikatakan masuk angin karena aku beberapa kali muntah-muntah selepas perjalanan jauh tadi.

Cerita parno…
Ketika aku merebahkan badanku diatas kasur, aku merasa jenuh dan mulai mendengarkan murotal dari type radio. Beberapa saat kemudian, terdengar suara gesekan sapu lidi seperti orang yang sedang menyapu didepan kamarku. Aku kaget, dan langsung mematikan radio. Radio nya mati tapi suara itu masih terdengar, dan berhenti seketika. Aku menyalakan radio kembali dan suara tersebut muncul lagi dan itu terus berulang-ulang. “Aaaaahhh apa ini! Aku tak berani membuka pintu!” Seru ku dalam hati. Aku merasa tak nyaman dan akhirnya aku menghubungi rekan ku yang juga sudah berada di Malang. Aku memanggilnya mba karena rekanku itu sebenarnya maba tahun kemarin yang harus mengulang tahun ini karena sebelumnya terhenti sakit. Keputusan yang aku ambil, akhirnya aku tidur semalam di kontrakan rekanku. Aku meminta rekanku menjemputku.
“Mba aku takut, tadi ada suara gesekan sapu lidi”. “Oalah may, kamu berani banget disana sendiri, wong aku aja gak berani disini sendiri apalagi dikontrakan besar itu”. “Yaah aku gak tau mba, ditambah tadi aku mual banget cape perjalanan jauh”. Keluhku.
Aku tidur di kontrakan rekanku tapi aku tidak hafal lokasinya, maklum karena aku anak baru disini. Keesokan harinya rekanku harus pulang ke kampung halamannya karena esoknya ada pemilihan Gubernur Jawa Timur, terpaksa aku harus pulang lagi ke kontrakan itu.
“Mba emang harus pulang ya?”.”Iya may, sayang banget kalo gak ngasih suara, maaf ya gak bisa nemenin kamu, semoga cepet datang ya mba penghuni lama nya, kan barang-barangnya masih ada disana”. Sambut rekanku. Alhasil aku diantarkan pulang ke kontrakanku itu. Sedihnya, kaka ku yang juga kuliah disini sedang pergi ke Padang untuk menghadiri suatu acara, jadi aku sulit meminta tolong. Sebenarnya dikontrakan rekanku ada seorang mba yang nawarin biar aku tidur disana lagi malem ini, tapi aku malu karena aku belum kenal akrab dengan mereka, aku malah ambil keputusan untuk pulang ke kontrakanku saja. Sialnya, ketika sampai dikontrakan masih ada perasaan parno. Aku jadi menyesal tidak mengikuti tawaran mba tadi, aku gak hafal jalan kesana! “Disini banyak sekali gang-gang, rt-rt, sampai beda kelurahan ada di satu tempat, beda banget sama di Serang!” keluh ku lagi.
            Singkat cerita, keesokan hari nya akhirnya mba-mba penghuni lama dan maba-maba yang menyewa kontrakan itu mulai berdatangan, rasa sepiku kini terobati, yaa..akulah si penghuni pertama penghuni baru kontrakan itu.
Hari Ospek tiba..
           Aku bangun jam 3 pagi, salat malam dan menunggu waktu subuh. Mataku terperanjat pada sebuah catatan kecil yang aku tulis dan ku tempel di dinding “Impianmu yang pertama telah terwujud, apa kau tak mau impian mu selanjutnya terwujud?”
Aku berharap dalam do’aku semoga aku bisa menjadi mahasiswa yang baik dan lulus dengan predikat dan pengalaman yang baik pula, amiin.
           Jam telah menunjukkan pukul setengah enam, aku dan teman-temanku bergegas menuju sebuah mobil angkut yang lagi-lagi bertuliskan “AL”. Sebenarnya jarak kampus dengan kontrakanku sangat dekat, tapi hari pertama ospek gerbang Fapet yang biasa aku lewati harus ditutup, semua nya wajib lewat gerbang veteran. Sampai disana, terlihat ribuan mahasiswa berumunan dan berdiri tegap dilapangan. Upacara pun dimulai. Ada satu hal yang aku lupakan dalam hal ini, aku lupa membawa sandal jepit! Astaga, aku merasa takut dalam hati. Akhirnya tibalah setelah upacara, kami disuruh melepas sepatu untuk menggantinya dengan sandal jepit, aku terpaksa harus menghindar dan menutup diri, takut dengan kaka panitia.
Setelah ospek universitas selesai, dilanjutkan dengan ospek fakultas dan jurusan. Selama ospek berlangsung, kami mahasiswa baru wajib menggunakan jaket selama kuliah. Kewajiban ini kurang kami senangi, tapi harus bagaimana lagi karena itu sudah syaratnya dan kami lakukan kewajiban itu meskipun ada diantara kami yang tidak mengikuti perintah. Selama ospek begitu banyak sekali pengalaman yang didapatkan, mulai dari bentakan, pujian, tugas-tugas, dan lainnya yang akhirnya sangat berkesan dan menginspirasi.
Di kampus..
Pagi yang cerah, mengiringi langkah ku dengan memikul sebuah tas ransel mini dan mencari sebuah kelas yang aku dapatkan dari sebuah informasi, yaah.. akulah mahasiswa baru! Mencari sebuah bangku besi bertahta meja. Aku terperanga tatkala masih mencari dimana sebenarnya kelas yang aku dapatkan kini, sedangkan suasana riuh riang nya berbeda seratus delapan puluh derajat dengan suasana saat dulu aku duduk dibangku SMA. Semua terlihat sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, yang dihadapannya sebuah laptop dengan iringan earphone ditelinganya, bahkan tak menghiraukan hiruk pikuk sekitar, benar-benar berbeda.
Aku masih mencari dimana kelas ku, tak seperti di SMA ku dulu yang sudah tertata rapih dan teratur nya sebuah kelas, gak harus repot-repot buat pindah-pindah kelas, jika telah mempunyai kelas itu ya sudah, bangkunya pun tetap, siapa yang duduk ditempat pertama kali diduduki maka dialah yang terus menjadi empu bangku itu sampai naik kelas.
Langkah ku terhenti di sebuah gedung bernama “Gedung Kuliah Bersama”. Ternyata aku punya kelas ditempat ini. Di kelas ini sangat berbeda dengan gedung Fisip, tidak ada AC dan bangunan nya masih kuno, maklumlah karena ini tempat bersama dan bukan milik fakultas manapun. Fisip harus meminjam gedung ini karena gedung B yang masih dalam proses pembangunan juga karena mahasiswa nya yang banyak.
Perjalanan ku begitu mengesankan, banyak pengalaman dan suka duka yang aku dapatkan selama menjadi mahasiwa baru, mulai dari ikut aktif dalam organisasi Eksekutif Mahasiswa, punya teman-teman yang beda-beda karakter, dosen yang berbeda-beda karakter, sampai ajakan untuk ikut aliran sana-sini.”Yang ini aku sedikit takut”. Sebenarnya aku telah lama mengetahui kalau di Universitas itu banyak sekali aliran-aliran, mulai dari benar sampai sesat sekalipun, dan kini aku mulai merasakan bagaimana berhadapan dengan orang-orang yang gemar mengincar pengikut barunya. Aku pernah diajak seorang mba untuk ikut dalam sebuah forum, sebelum aku terima tawaran itu, aku bertanya dulu kepada mba kerabat dekatku. Alhamdulillah aku bisa berfikir lebih jauh, tidak terpengaruh dengan hal yang masih mengganjal dan bisa memilih mana yang terbaik.
Kehidupan mahasiswa berbeda dengan siswa, sekarang aku tau bagaimana susahnya hidup sendiri tanpa orang tua. Eh untungnya disini aku ada kaka laki-laki. Ya seorang kaka yang amat perhatian hingga setiap minggu nya memberiku uang. Meskipun masih kuliah, kaka ku telah memiliki pekerjaan sebagai Spv. Beastudi. Sekarang beliau semester 9 karena menjadi anggota DPM UB. Kaka ku yang baik sekali.
Begitulah pengalaman yang aku dapatkan sampai sekarang ini. Aku tetap menikmati hari-hari ku dengan ceria dan ikhlas karena aku yakin dibalik usaha itu akan membuah kan hasil dan setiap cobaan pasti ada hikmahnya. Cita-citaku menjadi seorang Psikolog masih bertahta indah dibenakku. J



Created By: Siti Khumaeroh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar