“Mana yang lebih menarik dan bermanfaat, game bouncing
balls vs Moto racing gp? Atau Baal Veer vs Upin Ipin?”
Kali
ini kami berhasil mewawancarai dan mengobservasi salah satu anak dan
orangtuanya mengenai aktivitas yang dilakukan, dan media yang disukainya. Gesang,
7 tahun, seorang anak yang kami wawancarai. Ia menyukai film Baal
Veer yang tayang di stasiun tv ANTV, games Bouncing Balls dan
Moto
Racing Gp yang tersedia di laptop maupun gadget. Menurutnya film dan permainan ini sangat menyenangkan,
terutama jika dijadikan media hiburan ketika waktu luang. Meskipun demikian, Gesang merupakan anak yang
tidak terfokus pada satu jenis kegiatan saja,
Gesang mudah bosan dengan kegiatan yang monoton.
Hal ini dibuktikan dengan aktifitasnya yang selalu berpindah dari satu kegiatan
ke kegiatan lainnya seperti menonton televisi, lalu bermain dakon, dan juga bermain game di laptop dalam waktu singkat.
Intensitas Gesang bermain game terbilang masih bisa teratasi karena orang tua Gesang memberi
batasan waktu kepada Gesang untuk bermain game
ketika berada di rumah, akan tetapi orang tua Gesang tidak memungkiri bahwa
mereka kurang mengetahui kegiatan yang dilakukan Gesang ketika berada di
sekolah atau ketika bermain dengan teman sebaya dan lingkungannya. Untuk media
televisi, orang tua Gesang tidak memberi batasan, akan tetapi Gesang terbilang
kurang signifikan dalam penggunaan media tersebut. Berikut data media yang digunakan Gesang.
Data Umum
|
Jenis : Game
Nama
: Bouncing Balls
Tahun : 2015
|
Jenis : Game
Nama
: Moto Racing GP
Tahun : 2015
|
Jenis : Film
Nama : Baal Veer
Tahun : 2012
|
Jenis : Film
Nama : Upin Ipin eps. Istimewa Hari Raya
Tahun : 2012
|
Penyampaian
content
|
Game
animasi
|
Game
animasi
|
Film
|
Film
|
Content
|
·
Berisi tentang bagaimana memperoleh poin
dengan menembak balon/bola.
|
·
Berisi tentang pertandingan berbentuk
balapan motor.
|
·
Berceritakan tentang petualangan
anak laki-laki yang mempunyai kemampuan supranatural didunia beberapa peri
serta dunia manusia
|
·
Bercerita tentang seorang
kakak dan nenek yang mengajarkan dua anak kembar berpuasa, bersiap menyambut
hari raya Idul Fitri
|
Tujuan / materi
yang ingin disampaikan / pelajaran yang bisa diambil
|
·
Untuk mendapat rasa senang
·
Untuk menghindari bola jatuh
|
·
Untuk mendapat rasa senang
·
Agar bisa mengalahkan motor lain
|
·
Menuntas kejahatan
·
Kekurangan: menanam
kejahatan dan perasaan dendam
|
·
Untuk belajar membiasakan
diri berpuasa, bangun pagi hari, dan menahan diri dari godaan
|
Sasaran pembaca
/ penonton
|
·
Semua umur baik laki-laki atau perempuan
karena tidak ada unsur sara
·
Bentuk sajian pada game berwarna
sehingga cocok untuk anak-anak.
|
·
Cocok untuk anak-anak namun dengan
pengawasan orang tua karena dalam game dapat mengajarkan persaingan yang
tidak sehat seperti menyenggol motor lain.
·
Cocok untuk anak laki-laki.
|
·
Semua umur karena tidak
mengandung unsur sara dan adegan dewasa
·
Cocok untuk laki-laki maupun
perempuan karena peran yang ditayangkan umum
|
·
Semua umur karena tidak ada
unsur sara dan adegan dan percakapan yang mendidik
·
Cocok untuk laki-laki dan
perempuan karena menceritakan tentang kehidupan sehari-hari seseorang
|
Pengemasan media
(kelebiham dan kelemahan)
|
·
Penuh warna sehingga berguna untuk mengenalkan
jenis-jenis warna.
·
Sesuai usia anak karena cara bermain
game yaitu dengan hanya dengan menggeserkan ke kanan dan kiri.
|
·
Desain game dibuat
serupa dengan arena balap sesungguhnya sehingga membuat anak mampu
membayangkan seperti berada di arena sungguhan.
|
·
Kreatif,
namun kurang sesuai untuk usia yang dituju karena imajinasi yang kurang masuk
akal dengan kehidupan nyata
·
Settingan tempat
dibuat seperti negeri kayangan yang bersifat khayalan
|
·
Penuh warna
·
Sesuai
tujuan
·
Sesuai
usia yang dituju
·
Kurang
jelas apa yang disampaikan karena bahasa kurang lugas
|
Teori yang
relevan
|
Menurut IDEA (The Individuals eith Disabilities
Education Act) anak usia 5-7 sudah dapat mengenali unsur yang hilang dari
suatu gambar mengenai huruf tunggal, mengingat simbol abstrak. Dalam game ini
menunjukkan bagaimana bola yang berwarna-warni dapat menghilang apabila di
tembak.
|
Menurut Piaget perkembangan kognitif anak usia 7 tahun berada pada fase ketiga yaitu operasional kongkret.
Pada tahapan ini, pemikiran logis menggantikan pemikiran intuitif (Santrock,
2007: 254). Pada tahap operasional kokret ini anak-anak bisa menggunakan
berbagai operasi mental, seperti penalaran, memecahakan masalah-masalah
konkret (nyata). Anak-anak pada usia ini dapat berpikir dengan logis karena
mereka tidak terlalu egosentris dari sebelumnya dan dapat mempertimbangan banyak
aspek dari situasi (Papalia dkk,2009:443). Selama
periode operasional kongret, anak-anak cepat memperoleh operasi kognitif dan
menerapkan keterampilan baru yang penting ketika berpikir tentang objek dan
peristiwa yang mereka alami” (Shaffer dan Kipp, 2010:271).
|
-
|
·
Menurut Kohlberg, Penalaran
prakonvensional adalah tingkat yang paling rendah dalam teori perkembangan
moral Kohlberg. Pada tingkat ini, anak tidak memperlihatkan internalisasi
nilai-nilai moral,penalaran moral dikendalikan oleh imbalan (hadiah) dan
hukuman ekternal.Tahap 1 : Orientasi hukuman dan ketaatan ialah tahap pertama
dalam teori perkembangan moral Kohlberg. Pada tahap ini perkembangan moral
didasarkan atas hukuman. Anak-anak taat karena orang-orang dewasa menuntut
mereka untuk taat.
|
Analisis dari kedua media :
Menurut
kami kedua media tersebut memiliki kelebihannya masing-masing. Pada game Bounce
menurut kami memiliki lebih banyak sisi positifnya antara lain, segi
pewarnaannya yang penuh warna pada bola-bolanya. Selain itu permainan ini
memiliki cara bermain yang mudah yaitu dengan cara menggeserkan ke kanan atau
ke kiri saja. Dari game ini anak juga
bisa berlatih untuk teliti dan menguji ketangkasan agar bola yang ditembak
tidak jatuh.
Pada game Moto GP juga
memiliki desain
game yang sesuai dengan arena balap yang sesungguhnya, sehingga dapat
memberikan alternatif kepada
anak-anak untuk berlatih mengendarai
kendaraan sejak dini. Akan tetapi game ini memang lebih cocok untuk anak
laki-laki karena pertandingan racing lebih identik bersifat
maskulin. Dalam game ini juga
diajarkan bagaimana anak dapat bersaing menjadi pemenang.
Pada media film seperti Baal Veer, meskipun
film tersebut tidak mengandung unsur sara dan mampu memberi pesan moral dengan
menolong orang lain, namun orang tua harus tetap membimbing anak dan menjelaskan
bahwa film tersebut merupakan film
imajinatif dan terbilang tidak mungkin terjadi di
kehidupan nyata. Misalnya settingan tempat yang berada di sebuah negeri
kayangan, ketika pemeran Ballu dapat berkomunikasi dengan peri, dapat mengeluarkan
cahaya, dan dapat menerbangkan benda-benda di sekitarnya. Jika dianalogikan
dalam kehidupan nyata, hampir tidak mungkin seorang anak laki-laki mampu
mengeluarkan cahaya dan bisa terbang.
Menurut kami, film yang lebih cocok untuk anak seusia
Gesang adalah film Upin Ipin, film ini cocok untuk semua umur terutama
anak-anak, sangat mendidik karena desain yang dibuat seperti kehidupan nyata,
mengajarkan seseorang mengenai makna-makna kehidupan, dan tidak mengandung
unsur sara, sehingga ketika bisa diaplikasikan pada anak yang masih memasuki
tahap operasional konkret yang bernalar secara logis mengenai
peristiwa-peristiwa konkret. Pada film tersebut juga diajarkan nilai-nilai
moral tentang bagaimana menghormati orang yang lebih tua, belajar berpuasa, dan
bermain bersama teman sebaya.
Kami menyarankan kepada orang tua untuk tetap memberi pengawasan pada saat anak bermain game atau menonton film yang disukai.
Hal tersebut selain dapat menemani anak saat melakukan aktifitas kesukaannya,
orang tua juga dapat mengetahui hal-hal apa saja yang dipelajari anak melalui media. Selain itu orang tua dan anak dapat menjalin kelekatan yang lebih mendalam, dan bisa membimbing anak mengenai konten yang
disampaikan dalam media tersebut. Orang tua
harus lebih aware terhadap
perkembangan media saat ini. Meskipun media hiburan yang disajikan menyenangkan,
namun tidak semua media mampu memberi nilai-nilai postif secara signifikan. Kami tidak sepenuhnya menilai games yang dimainkan negative,
akan kami lebih menyukai games bouncing balls karena dalam game ini, anak
diajarkan berbagai warna-warna, games tersebut juga mampu melatih ketangkasan
anak seperti kefokusan anak pada bola yang dilempar dan tetap memposisikan agar
bola tersebut tidak terjatuh, cocok untuk anak tahap operasional konkret yang proses
pemikirannya diarahkan kepada kejadian riil yang diamati oleh anak. Anak
dapat melakukan operasi problem yang agak komplek selama problem itu konkret
dan tidak abstrak.
Media lain yang kami sarankan juga untuk subjek dan
orangtua yaitu dengan memberikan dongeng menggunakan boneka tangan.
Jenis kegiatannya adalah orang tua membacakan cerita dengan boneka tangan dan
anak menyimak ceritanya. Media
tersebut dapat membangun kelekatan
antara anak dan orang
tuanya, juga memberikan pesan-pesan moral dari cerita
yang dibacakan seperti cerita-cerita rakyat, dongeng, dan lain-lain.
Created by:
Hanifah Dwi astiti (135120301111054)
Siti Khumaeroh (135120307111070)
Anak & Media
B-5 Psikologi Perkembangan Anak
Universitas Brawijaya
2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar